Rabu, 27 Juni 2012

IA ADALAH IBUKU

Ia adalah ibuku.

Jalannya saja sudah tertatih-tatih, Mungkin karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga ia jarang sekali untuk keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan kecil, dan harus tinggal di tempat rumah panti jompo.

Saat itu Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Sedangkan ayah dari anak tersebut pergi setelah... menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatan bejatnya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayinya yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, Akan tetapi ia lebih memilih mempertahankannya ketimbang menuruti perintah keluarganya, oleh sebab itu akhirnya ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja keras di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, malahan yang ia dapatkan hanya sebuah cemohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa seorang suami.

Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan yang maha esa, dimana ia telah dikaruniakan seorang putri. Dan Ia pun berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya semata mata untuk putrinya saja, oleh sebab itulah putrinya diberi dengan nama "Kasih".

Siang itu, ia harus bekerja keras di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh tengah malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia biasanya dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat nanti, ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, karena menurutnya itu terlalu mahal baginya, Namun ketika ada uang lebih, ia akan belikan daging untuk putrinya. Lagipula Untuk dirinya sendiri saja ia tidak pernah membeli pakaian baru, dan yang biasa ia pakai adalah pakaian bekas pemberian orang, beda hal untuk putrinya sendiri yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, entah itu mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu malam hari....
ia pun jatuh sakit demam dan panas. Mungkin karena pengaruh Cuaca di luar yang sangat dingin sekali itu, karena pada saat itu adalah malam dimana putrinya sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 13. Padahal malam sebelumya Ia telah menjanjikan untuk memberikan sebuah sepeda mini sebagai hadiah ulang tahun putrinya, Sayangnya ternyata uang yang telah dikumpulkannya masih belum mencukupi juga. Karena Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu meskipun cuaca diluar dingin sekali, bahkan dalam keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia ini terkena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali dan keinginannya untuk memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus terus bekorban, Walaupun dalam keadaan sakit sekalipun ia tetap bekerja, dan selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya tersebut, akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang yang kaya raya. Sayangnya Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal pergi oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai pencuci piring di restaurant yang tentunya gajinya pas-pasan. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ia hanya bisa melihat dari jauhdan sebenarnya Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidak diinginkan oleh putrinya. Ia pun mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya lagi, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya.

Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putra, ia pun merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya yang sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, Akhirnya ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi pembantu rumah tangga di keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya tersebut ia diperbolehkan untuk menggendong cucunya, Akan tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai pembantu rumah tangga dari keluarga tersebut. Tidak lupa Ia berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali ia dibentak dan dimaki oleh putri atau anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dalam kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia juga berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, Dan ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun lamanya sebagai pembantu rumah tangga tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi, Sehingga suami dari putrinya ini merasa berhutang budi kepada dirinya yang setia dan akhirnya ia diberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah panti jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat nanti putrinya membutuhkan bantuannya.

2 tahun kemudian....
Dirumah panti jompo itu, ia jatuh sakit lagi, akan tetapi kali ini ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat dan Hanya ada satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia nantinya, yaitu ingin bertemu dan melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Padahal hujan pun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjing pun pada saat itu tidak mau keluar rumah lagi, karena cuaca di luar sangat dingin, Namun Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan sambil menunggu datangnya bus berjam-jam di luar dengan memakai sebuah jas hujan bolong. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah panti jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dalam keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dalam keadaan lelah dan kedinginan itu, ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata putrinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedung di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak ! Bahkan ia ditegur : "Kamu sudah bekerja lama di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!" begitu ucap putrinya dengan membentak.

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luar ini dingin sekali dan sedang turun hujan. Ibu sudah tidak kuat lagi nak, " kata wanita tua itu.

"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, jadi lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dulu, jangan sembarangan datang begitu saja, " ucap putrinya dengan nada kesal.

Setelah itu Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti mengusir seorang pengemis lalu pintu ditutup dengan keras(brakkk)

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihan pun tidak ada.

Setelah beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya, "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam telepon anda sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di depan rumah anda, ada seorang nenek meninggal dunia, entah dia ini mungkin kedinginan atau hal-hal lainnya, "Ucap salah satu orang ke putrinya.

****

Wanita tua ini sebenarnya meninggal bukan hanya kedinginan jasmaninya saja, akan tetapi juga perasaannya. Padahal Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dalam setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.

Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita sendiri apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.

Untuk itu Renungkanlah

Kapan kamu terakhir kali menelpon Ibumu?
Kapan kamu terakhir kali menjenguk Ibumu?
Kapan terakhir kali kamu mengajak Ibumu jalan-jalan?
Dan kapan terakhir kali kamu memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu mu?
Serta kapankah kamu terakhir kali berdoa untuk Ibumu sendiri?

Untuk yang punya ibu, tolong Berikanlah kasih sayang ke mereka, selama Ibu anda masih hidup didunia ini dengan anda sendiri atau tidak sedang berada dengan anda, lagipula akan terlihat percuma saja, jika kita memberikan bunga maupun tangisan apabila kita baru sadar bahwa Ibu telah pergi dulu dan kita tak bisa melihatnya lagi.